Peran Pemeriksaan IVA, HPV DNA, dan Pap Smear dalam Deteksi Dini untuk Cegah Bahaya Kanker Serviks

09 Jan 2024
Administrator
Close-up doctor with stethoscopee

Estimasi Waktu Membaca : 5 menit

 

Pendahuluan

Kanker serviks merupakan masalah kesehatan yang melanda berbagai negara di dunia termasuk Indonesia. Hampir setiap tahun di Indonesia terdeteksi >15.000 kasus kanker serviks dan sekitar 8.000 kasus diantaranya berujung dengan kematian. Setiap harinya diprediksi menjadi 41 dari 20 perempuan meninggal dunia karena penyakit kanker serviks.1


Data Globocan, terdapat 18,1 juta kasus baru dengan angka kematian sebesar 9,6 juta kematian dengan 1 dari 6 perempuan dari seluruh dunia mengalami kejadian kanker. Hal ini menyebabkan dikarenakan masih banyak penderita yang pengetahuannya rendah bahkan tidak mengetahui mengenai bagaimana deteksi awal kanker serviks, yang mana penderita penyakit mencari pengobatan disaat stadium lanjut (60-70%) dimana sudah membahayakan atau sulit untuk disembuhkan.1

 

Bahaya Kanker Serviks: Ancaman Tanpa Tanda Peringatan

Manifestasi klinis kanker serviks seringkali tidak tampak pada tahap awal dan biasanya muncul saat penyakit sudah berada pada tahap lanjut sehingga kerap kali penderita kanker serviks datang ke fasilitas kesehatan ketika sudah mencapai stadium lanjut. 2 Meski pemeriksaan fisik mampu mendeteksi perubahan-perubahan awal yang terjadi terkait dengan gejala kanker serviks, namun hasil pemeriksaan fisik harus dikonfirmasi melalui pemeriksaan penunjang. Pengujian tambahan memiliki peran yang sangat penting dalam mengonfirmasi diagnosis dan menentukan tingkat perkembangan kanker serviks.1,2

 

Peran Pemeriksaan IVA, HPV DNA, dan Pap Smear dalam Mencegah Bahaya Kanker Serviks1,3

Terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat digunakan untuk deteksi awal kanker serviks, diantaranya pap smear, inspeksi visual asetat (IVA), dan HPV DNA.

 

  • Tes Pap Smear adalah pemeriksaan utama dan merupakan standar emas dalam deteksi dini kanker serviks. Pap smear mengambil sampel sel-sel mulut rahim yang selanjutnya diperiksa di bawah mikroskop untuk mendeteksi perubahan pada sel tersebut.
  • Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) merupakan metode skrining yang sederhana dan murah yang melibatkan pemeriksaan visual serviks setelah diberi asam asetat (cuka putih). Asam ini menyebabkan area abnormal di serviks menjadi putih. IVA bisa dilakukan oleh petugas kesehatan terlatih dan tidak memerlukan laboratorium atau peralatan khusus, membuatnya cocok untuk digunakan terutama dengan sumber daya yang terbatas.
  • Tes HPV DNA adalah metode yang digunakan untuk mendeteksi keberadaan Human Papillomavirus (HPV) dalam tubuh. Tes DNA HPV direkomendasikan sebagai langkah tambahan ketika hasil Pap smear menunjukkan hasil borderline atau tidak normal. Pengujian HPV yang digunakan sebagai metode skrining utama setiap lima tahun lebih efektif daripada pap smear dalam mendeteksi kanker serviks pada wanita berusia 30-65 tahun dengan risiko rata-rata.
  • Prosedur penunjang lainnya seperti kolposkopi, biopsi serviks, dan tes pencitraan seperti MRI atau CT scan dapat digunakan untuk konfirmasi diagnosis dan penentuan stadium kanker serviks.

Stadium Kanker Serviks1

Kanker serviks yang terdiagnosa kemudian akan diklasifikasikan menjadi beberapa stadium untuk menggambarkan sejauh mana kanker telah menyebar dari titik asalnya. Sistem yang paling umum digunakan untuk menentukan tahap kanker adalah sistem International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO) dan sistem TNM dari American Joint Committee on Cancer (AJCC).

- Stadium 0 (Carcinoma in situ) 

Kanker hanya terdapat pada lapisan sel paling atas dari selaput lendir serviks, belum menyebar ke lapisan sel lebih dalam.

- Stadium I 

Kanker hanya terjadi di daerah serviks dan belummenyebar ke area lain di luar serviks.

- Stadium II

Kanker telah menyebar di luar serviks, namun belum menjangkau dinding panggul atau bagian bawah vagina.

- Stadium III

Kanker telah menyebar ke ginjal dan/atau menyebar ke dinding panggul atau bagian bawah vagina.

- Stadium IV

Kanker telah menyebar ke organ tubuh lainnyaseperti kandung kemih, rektum, atau organ lain di luar area panggul , atau telah menyebar ke organ jauh seperti paru-paru.

 

Semakin berat stadium, angka kesembuhan tentu semakin berkurang. Deteksi dini membantu terdiagnosanya penyakit pada tahap awal sehingga angka kesembuhan tentu lebih tinggi.

 

Kesimpulan

Manifestasi klinis kanker serviks seringkali tidak tampak pada tahap awal dan biasanya muncul saat penyakit sudah berada pada tahap lanjut sehingga kerap kali penderita kanker serviks datang ke fasilitas kesehatan ketika sudah mencapai stadium lanjut. Deteksi dini dengan pemeriksaan seperti IVA, pap smear, dan HPV DNA membantu terdiagnosanya penyakit pada tahap awal sehingga angka kesembuhan dapat lebih tinggi.

 

Referensi

  1. Khairunnisaa P., Ronoatmodjo S., Prasetyo S. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perempuan Melakukan Pemeriksaan Dini Kanker Serviks : A Scoping Review. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia. 2022;6(2):75–80.
  2. Setiawati S., Hapsari Y. Clinical Manifestations, Diagnosis, Management and Prevention of Cervical Cancer. Jurnal Biologi Tropis. 23 (4): 382–90.
  3. Zhang S, Xu H, Zhang L, Qiao Y. Cervical cancer: Epidemiology, risk factors and screening. Chin J Cancer Res. 2020 Dec 31;32(6):720-728. doi: 10.21147/j.issn.1000-9604.2020.06.05. PMID: 33446995; PMCID: PMC7797226.

element element
element grid